Konsep Dasar Pembelajaran Tematik
A. Pembelajaran Tematik
1. Konsep Dasar
Undang-undang
mengenai pendidikan terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20 pembelajaran merupakan sebuah
proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar dalam suatu
lingkungan belajar. Sedangkan dalam Damyanti
dan Mudjiono pembelajaran merupakan aktivitas guru secara terprogram melalui
desain instruksional agar siswa dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan
pada sumber belajar yang disediakan. Jadi pembelajaran merupakan sebuah proses
belajar mengajar antara guru dan siswa dalam suatu lingkungan secara terprogram
dan sistematis sehingga dapat belajar secara aktif serta dapat menekankan
sumber belajar.
Dalam peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah, selalu terjadinya suatu perbaikan-perbaikan dan
penyempurnaan di sekolah yang dilakukan mengenai perubahan kurikulum sekolah
oleh pemerintah. Kurikulum selalu berubah karena menyesuaikan perkembangan ilmu
pengetahuan. Disini penulis akan menuliskan mengenai “konsep dasar pembelajaran
Tematik”.
Pembelajaran tematik
merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,
dan otentik dalam Majid (2014:80). Diperjelas lagi oleh T. Raka Joni dalam
jurnal Kadir & Asrohah (2015:6) bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna dan autentik.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik atau terpadu merupakan suatu
pembelajaran yang bertema dipadukan dari beberapa mata peajaran untuk menemukan
suatu pengalaman dari mencari, menggali suatu konsep yang diberikan.
2. Pengertian
Konsep pembelajaran
tematik merupakan suatu pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan
yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep
pembelajaran interdisipliner dan Fogarty
pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu dalam Majid (2015: 85). Pembelajaran tematik merupakan
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mengaitkan beberapa aspek dalam
intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran yang dilaksanakan secara sengaja.
Dengan adanya keterpaduan siswa akan memperoleh suatu pengetahuan dan
keterampilan secara penuh sehingga siswa menemukan pembelajaran yang jadi
bermakna. Dalam buku Majid (2015:85)
bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
nyata yang menghubungkan antar-konsep dalam intra maupun antar-mata pelajaran.
Kata tema berasal
dari kata Yunani tithenai yang
berarti “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami
perkembangan sehingga kata tithenai berubah
menjadi tema. Menurut arti katanya, tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan”
atau “sesuatu yang telah ditempatkan” Gorys Keraf dalam Majid (2015:86). Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan mata pelajaran dalam satu
kesatuan yang utuh dengan melihat isi kurikulum. Pengertian pembelajaran
tematik dalam Majid (2015: 86) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu
sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep,
baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi
lainnya.
2.
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan
berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia rill di sekeliling dan dalam
rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.
Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan.
4.
Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi
yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Adapun karakteristik
dari pembelajaran tematik ini menurut TIM Pengembang PGSD (Majid, 2015: 90-91)
adalah sebagai berikut:
a.
Holistik, suatu
gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati
dan dikaji dari beberapa idang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak.
b.
Bermakna, pengkajian
suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam
jalinan antar-skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti akan
memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
c.
Otentik, pembelajaran
tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang
ingn dipelajari.
d.
Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan
berdasar pada pendekatan inquiry
discovery di mana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.